Review - The Dead Returns


Judul : The Dead Returns
Penulis : Akiyoshi Rikako
Tebal : 252 halaman
Penerbit : Haru
Tahun terbit : 2015
ISBN : 978-602-7742-57-4

.
.
.

Blurb :

Suatu malam, aku didorong jatuh dari tebing. Untungnya aku selamat.
Namun, saat aku membuka mataku dan menatap cermin, aku tidak lagi memandang diriku yang biasa-biasa saja.
Tubuhku berganti dengan sosok pemuda tampan yang tadinya hendak menolongku.

Dengan tubuh baruku, aku bertekad mencari pembunuhku.

Tersangkanya, teman sekelas.
Total, 35 orang.
Salah satunya adalah pembunuhku.

...

Koyama Nobuo, siswa super biasa yang harus merenggang nyawa saat seorang misterius mendorongnya dari atas tebing setelah ia menerima sepucuk surat dari seorang yang tidak dikenalnya. Nobuo merasa bahwa ia tidak jadi mati, dengan kata lain masih hidup. Tapi, ia merasakan suatu keanehan. Tubuhnya tertukar dengan tubuh seorang pemuda yang bernama Takahashi yang memiliki latar belakang dan sifat yang berbeda dengannya. Nobuo nekad memakai kesempatan ini untuk menyelidiki siapa pembunuhnya.

Setelah berunding dengan keluarga Takahashi, Nobuo yang memakai tubuh Takahashi berhasil memasuki sekolahnya dulu dan menginvestigasi teman-temannya yang ia curigai. Namun, menjadi Takahashi yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda tidaklah mudah. Nobuo harus menyesuaikan menjadi Takahashi agar rencananya tidak terbongkar sebelum ia berhasil menemukan pembunuhnya.

---

The Dead Returns adalah novel kedua setelah Girls in the Dark yang diterbitkan oleh Penerbit Haru di Indonesia. Masih menggunakan tema sisi gelap dari manusia dan menggunakan unsur misteri di dalamnya, kali ini Akiyoshi Rikako menceritakan bagaimana cerita seseorang yang jiwanya tertukar. Konsep yang unik dan membuat penasaran.

Namun sedikit berbeda dari novel ini adalah alurnya lumayan ringan tapi tetap seru sampai akhir. Jadi, ketika baca novel ini rasanya seperti diajak Nobuo jalan-jalan dan mencari tahu siapa pembunuhnya. Tapi, sampai setengah buku pun, saya belum mengetahui siapa pembunuh Nobuo sebenarnya karena Nobuo memiliki alasan yang sangat kuat pada setiap orang yang dicurigainya.

Latar tempat dari novel ini juga sangat sederhana jika dibandingkan dengan latar tempat Girls in the Dark yang justru terkesan glamor. Namun, unsur tersebut sangat menyatu dengan tokoh Nobuo yang digambarkan sangat sederhana dan lugu. Berbeda dengan Takahashi yang terkesan bebas dan tidak lugu. Kedua tokohnya pun meskipun sangat kontras dan memiliki cerita sendiri-sendiri, namun masih memiliki kesamaan alur di dalamnya.

Setelah baca novel ini, saya menemukan sebuah amanat tersirat, yaitu:
1. Adakalanya kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Seperti Nobuo yang merasakan menjadi Takahashi, dan Takahashi yang menjadi Nobuo. 
2. Menjadi diri sendiri itu lebih baik dan lebih nyaman. Baik Nobuo dan Takahashi sama-sama mencari raga mereka demi bisa menyatu dengan jiwa mereka. Karena menjadi orang lain yang bukan diri kita itu tidak akan membuat kita nyaman.

So, setelah aku baca novel ini aku beri skor 4,5/5 untuk novel ini. 

Komentar